Maret 29, 2011

Memahami Islam Moderat dan Islam Puritan

Sebuah Refleksi atas Pemikiran Guru Besar Hukum Islam Khaleb Abou El Fadl dalam buku "Selamatkan Islam Dari Muslim Puritan"


Oleh Raimondus Arwalembun




Membaca dan mencoba merefleksikan buku Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, akhirnya membawa saya pada pemahaman yang cukup mendalam tentang agama Islam. Islam seringkali diidentikan dengan kekerasan, fundamentalisme, dogmatisme bahkan extremisme. Namun harus diakui bahwa ada aliran lain dalam Islam yang mencoba menafsirkan kembali ajaran Nabi dengan berdasarkan konteks kekinian.

Dalam tulisan singkat ini, penulis ingin membahas dua aliran pemikiran yang ditulis oleh Khaleb Abou El Fadl dalam buku Selamatkan Islam dari Muslim Puritan. Dua aliran yang mengembangkan pemikiran-pemikiran dari sumber yang sama tetapi berbeda dalam penafsiran. Penulis tidak bermaksud menilai aliran mana yang benar dan mana yang salah. Isi tulisan ini hanya mau memahami dua aliran yang berseberangan ini, sehingga kita dapat belajar dari fenomena ini dan berusaha mencari jalan keluar guna menciptakan agama yang semakin terbuka dan mau melayani pencarian terdalam dari manusia akan Yang Ilahi.

Karena kedua aliran ini yakin bahwa meraka sungguh merepresentasikan pesan Ilahi seperti yang dimasksudkan Tuhan, maka pertama-tama penulis akan mencoba membahas pemikiran Islam puritan, kemudian pemikiran Islam moderat, dan ditutup dengan tanggapan.

Pemikiran Islam Puritan


Sejarah Islam puritan (seperti ditulis oleh Khaleb A. El Fadl) lebih tepatnya dikatakan dari kaum Wahhabi, dimana dasar-dasar teologi Wahhabi dibangun oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahhab yang sangat fanatik pada abad ke-18. Perlu dipahami bahwa Islam puritan sangat menentang modernitas (Barat), menurut mereka umat muslim wajib kembali kepada Islam yang dipandang murni, sederhana, dan lurus. Artinya, umat Islam tidak boleh bersahabat dengan dengan mereka yang bukan muslim atau muslim yang dinilai bidaah.

Adanya pemikiran seperti di atas disebabkan karena kaum puritan selalu membesar-besarkan peran teks dan menafihkan peran aktif manusia yang menafsirkan teks keagamaan, dan karena kemampuan manusia dalam menafsirkan teks diabaikan maka estetika dan wawasan moralitas dinilai tidak relevan dan tidak berguna. Karena teks menjadi pegangan maka kehidupan yang berada di luar hukum Tuhan dinilai tidak benar sehingga harus diperangi atau dihukum.

Hukum yang dimaksud disini adalah Alquran dan tradisi Nabi (hadis dan sunah), menurut mereka, 90 % (dalam syariat) dari apa yang mereka anggap hukum yang terwahyukan tidak terbuka bagi perdebatan, tidak boleh dipertanyakan, dan hanya 10 % dari hukum yang terbuka bagi perdebatan. Dengan kata lain, hukum yang dipegang olh kaum puritan ini tertutup bagi penafsiran baik dari dalam maupun dari luar, yang benar adalah apa yang diwahyukan dan di luar itu tidak benar.

Dari pandangan di atas dapat dikatakan bahwa Islam puritan adalah aliran yang identik dengan fundamentalis, militan, ekstrimis, radikal, fanatik, dan jahidis. Akibatnya konsep-konsep seperti demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan pengakuan akan peran perempuan sama sekali ditentang oleh mereka. Bagi mereka orang muslim sudah pernah mencapai “zaman keemasan Islam” dan karena itu mereka (orang muslim) harus mempertahankan dan kembali pada zaman keemasan itu.

Pemikiran Islam Moderat


Islam moderat merupakan anti-tesis dari Islam puritan. Aliran ini menuduh bahwa Islam puritan telah salah memahami dan salah menerapkan Islam sehingga sampai meruntuhkan dan bahkan menghancurkan Islam. Tuduhan ini cukup beralasan (dari pemikiran Islam moderat) karena aliran ini menerapkan prinsip-prinsip sistematis dalam bentuk kritik sejarah terhadap hadis-hadis yang dinisbihkan pada Nabi. Bagi mereka, hadis-hadis sesungguhnya mencerminkan lingkungan historis, perselisihan sektarian, dan konflik politik yang berlangsung beberapa tahun sesudah meninggalnya Nabi.

Kaum moderat juga mengakui bahwa Alquran benar-benar menyampaikan putusan-putusan spesifik mengenai persoalan-persoalan yang berbeda dimana tujuan-tujuan moral dan etis Alquran memainkan peran sentral dan penting dalam proses analisis hukum. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa diskusi mengenai hukum dan moralitas sesungguhnya memperlihatkan perbedaan fundamental antara apa yang sudah dilakukan di masa lalu dan apa yang harus dilakukan saat ini.

Hal penting lainnya yang membedakan aliran ini dari Islam puritan adalah bahwa kaum moderat tak percaya jika Islam telah mencapai puncak kekuatannya pada apa yang disebut “zaman keemasan Islam” (pada masa hidup Nabi) sehingga harus kembali ke zaman itu. Kaum moderat percaya bahwa setiap periode sejarah menyuguhkan sehimpunan tantangannya sendiri yang unik dan harus dihadapi dengan cara mengkajinya dan memberikan perhatian penuh terhadap kebutuhan-kebutuhan masa kini dan pelajaran-pelajaran dari masa silam. Sisi lain dari kaum moderat, Barat tidak dilihat sebagai musuh tetapi mereka menghargai dan juga menyatakan sikap bahwa Islam tidak dilukiskan sebagai reaksi atau anti-tesis terhadap Barat.

Dengan mempelajari sedikit pemikiran Islam moderat di atas maka dapat dikatakan bahwa Islam moderat adalah aliran yang mengklaim dirinya sebagai kelompok modernis, progresif, dan reformis serta merepresentasikan Islam sejati dan autentik. Implikasinya adalah aliran ini membuka pintu bagi berbagai tafsiran dalam hukum mereka baik yang dtang dari kaum muslim sendiri maupun yang datang dari luar. Dengan kata lain keterbukaan yang dimaksud adalah dalam proses pemhaman terhadap ajaran Nabi (dalam bentuk hukum) harus dilihat dalam konteks ke-kini-an dan bukan pada konteks yang lalu agar Islam benar-benar dapat menunjukkan dirinya sebagai agama yang universal, agama yang tidak menolak kosep-konsep moderinitas seperti demokrasi, hak asasi manusia dan peran perempuan di dalam agama.

Sebuah Tanggapan


Perdebatan soal siapa yang benar dan siapa yang salah dalam menafsirkan ajaran agama dalam konteks ke-kini-an atau pun masa lalu merupakan perdebatan yang sudah usang. Menurut hemat penulis, baik Islam puritan maupun Islam moderat sama-sama memperjuangkan Islam namun berbeda dalam proses pemahamannya. Mengakui proses penjadian agama dapat kita temukan dalam konsep Islam moderat, agama yang terus mencari kepenuhan dirinya lewat perjumpaannya dengan yang lain. Bagi Islam puritan menafsirkan agama dalam proses penjadian sama dengan mengkhianati apa yang telah diberikan oleh Allah. Agama (Islam) diwahyukan dan ada, sempurna karena itu tidak membutuhkan penafsiran di luar dirinya.

Yang menarik adalah, kedua aliran ini berangkat dari satu sumber, namun memiliki pandangan yang berbeda, berangkat dari konteks budaya yang sama, tetapi yang satu mau mempertahankan konteks itu dalam perkembangan sejarah sedangkan yang lain mencoba mentransformasikan konteks yang lalu dengan konteks ke-kini-an. Mungkinkah ada titik temu antara keduanya? Dengan kata lain apa mungkin dapat tercipta dialog antar keduanya guna merumuskan ajaran Islam yang universal? Jika masing-masing mengklaim diri sebagai pembawa ajaran Islam yang benar dan diamanatkan oleh Tuhan, maka manakah yang dapat dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan yang kaya akan pengalaman ini?

Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak bermaksud untuk mengintervensi terlalu jauh guna menilai siapa yang benar dan siapa yang salah. Artinya, pertanyaan-pertanyaan ini mau menuntun kita untuk bagaimana bersikap kritis terhadap suatu ajaran (dogma) agama, Aliran ini atau itu boleh mengklaim bahwa kami paling benar dan yang lain salah tetapi itu mewakili institusi (aliran tertentu) dan bukan mewakili individu-individu di dalam aliran tersebut. Dengan kata lain, individu-lah yang menentukan dan memilih mana yang dapat dijadikan pegangan baginya dalam mengarungi kehidupan di dunia ini karena agama adalah kesendirian di dalam komunitas, kesendirian menunjukkan relasi antar individu dengan apa yang diyakininya sebagai kebenaran (Yang Ilahi).

8 komentar:

Unknown mengatakan...

Ga jelas, Hati" klo nulis post.. bisa mempecah belah nant..

sultan bisnis official mengatakan...

Yang nulis bodoh. Paling2 orang filsafat. Akal dituhankan. Mirip si quraish shihab itulah ...pro syiah rafidhah..amit2

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

bukan akal dituhankan,tapi bertuhan dengan akal,melalui ayat ayatnya yang dapat kita indra agar kita termasuk ulul albab

Unknown mengatakan...

Betul..itulah mengapa Di negeri ini islam terpecah menjadi 2 NU dan Muhammadyah..owh..come on...berpikirlah realistis...ini kenyataan yg ada d Indonesia..

Unknown mengatakan...

apa yang tertulis di al quran dan hadist ikuti,jangan ikuti akal bidandingkan firman tuhan, jangan ikuti keinginan nafsu duniawi , itulah muslim kaffah , sederhana ,

Unknown mengatakan...

bolavita Agen Judi Bola Casino Baccarat Poker Togel QiuQiu online terpercaya dan terbesar di Indonesia, untuk pembukaan account semua jenis judi online

Boss Juga Bisa Kirim Via :
Wechat : Bolavita
WA : +6281377055002
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

ninazone mengatakan...

waduh ni orang promosinya salah tempat..

Posting Komentar